STANDAR AKIDAH MUSLIM: SYARAH ’AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
A'udzubillahiminassyaithoonirrojiim. Bismillahirrohmaanirrohiim.
Sebagai patokan, beberapa pokok syarat akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam buku “Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” (terbitan Pustaka Imam Syafi’i Jakarta) tulisan Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, adalah:
- Mengakui agama Islam adalah agama yang Haq (benar) yang dibawa oleh Rosululloh Muhammad sholollohu ’alaihi wasallam.
- Mengakui dua (2) kalimat syahadat.
- Mengakui
lima (5) Rukun Islam: (1) bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah dan Muhammad adalah Rosululloh, (2) mendirikan shalat, (3)
menunaikan zakat, (3) puasa Ramadhan, dan (5) mengerjakan haji apabila
mampu.
- Mengakui enam (6) Rukun Iman. Iman adalah
meyakini dengan hati, mengucapkannya dengan lisan dan mengamalkannya
dengan anggota badan:
- 1. Iman kepada Allah.
- 2. Iman
kepada Malaikat (di antaranya Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu
kepada para Nabi dan Rosul, Malaikat Mikail yang diserahi tugas
menurunkan hujan dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, Malaikat Israfil yang
meniup sangkakala Kiamat dan Hari Kebangkitan makhluk, Malaikat Maut
yang bertugas mencabut nyawa, Malaikat penjaga Surga dan Neraka,
Malaikat yang meniupkan ruh pada janin dalam rahim pada umur 3-4 bulan,
dua Malaikat yang diserahi manjaga dan menulis perbuatan manusia, dua
Malaikat yang diserahi tugas menanyai mayit setelah ia dikubur, dan
sebagainya).
- 3. Iman kepada Kitab-kitab (misalnya Al Quran yang diturunkan kepada Rosululloh Muhammad sholollohu ’alaihi wasallam,
Taurat,yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, Injil yang
diturunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam, Zabur yang diturunkan
kepada Nabi Dawud ‘alaihis salaam, Shuhuf Ibrahim ‘alaihis salaam dan
Musa ‘alaihis salaam, dan berbagai kitab lain yang namanya tak
disebutkan di Al Quran) dan bahwa kitab-kitab itu adalah kalamullah
(kalimat Allah), bukan makhluk (sebagaimana yang diyakini kaum
Mu’tazilah).
- 4. Iman kepada Para Rosul
(manusia yang diutus kepada umatnya masing-masing, yang pertama adalah
Nabiyullah Nuh, dan yang terakhir adalah Nabiyullah Muhammad -
sholollohu ’alaihi wasallam - yang diutus kepada seluruh umat manusia).
- 5. Iman
kepada Hari Akhir (Yaumil Akhir) termasuk adanya fitnah kubur, adzab
kubur, nikmat kubur, dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar,
ditegakkanya Mizan (timbangan) amalan hamba Allah, dibaukakannya
catatan-catatan amal, adanya Hisab (penghitungan), adanya al-Haudh
(telaga) Nabi - sholollohu ’alaihi wasallam - yang paling besar dan
indah, Shirath (jembatan) di atas neraka Jahannam menuju Surga, syafa’at
(pertolongan) atau wasilah atau thalab Rosululloh - sholollohu ’alaihi
wasallam - seijin Allah subhanahu wa ta’aala, dan Surga serta Neraka.
- 6. Iman kepada Qadar (Taqdir) baik dan buruk.
- Mengimani Tauhid Rububiyyah (mentauhidkan segala yang dilakukan Allah subhanahu wa ta’aala).
- Mengimani
Tauhid Uluhiyyah (mentauhidkan Allah melalui segala pekerjaan hamba
yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan diri ke Allah subhanahu wa
ta’aala).
- Mengimani Tauhid al-Asma’ wash Shifat (mentauhidkan Allah sesuai dengan Nama-nama maupun Sifat-sifat Allah).
- Sepakat bahwa syirik adalah bentuk kemaksiatan terbesar terhadap Allah subhanahu wa ta’aala.
- Sepakat
bahwa manusia diciptakan Allah subhanahu wa ta’aala untuk beribadah
dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dan meneladani sunnah Nabi
sholollohu ’alaihi wasallam.
- Mengambil lahiriyah Al Quran dan As-Sunnah sebagai dasar pertama prinsip dasar Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
- Sunnah
Nabi - sholollohu ’alaihi wasallam - untuk menafsirkan Al Quran,
menguraikan, menerangkan, dan menjelaskan Nama dan Sifat Allah.
- Menetapkan sifat al-‘Uluw (ketinggian) bagi Allah subhanahu wa ta’aala.
- Mengimani
adanya ‘Arsy (singgasana) Allah subhanahu wa ta’aala dan bahwa Allah
subhanahu wa ta’aala bersemayam (istiwa’) di atas ‘Arsy.
- Mengimani adanya ma’iyyah (kebersamaan) Allah subhanahu wa ta’aala bersama makhlukNya.
- Menolak
keyakinan Wahdatul Wujud (keyakinan bahwa semua yang ada hany satu,
yaitu Allah subhanahu wa ta’aala) dan i’tiqad (bahwa Allah subhanahu wa
ta’aala menjelma atau hulul kepada makhlukNya) juga ittihad (Allah
subhanahu wa ta’aala menyatu dengan makhlukNya).
- Mengimani an-Nuzul (turunnya Allah subhanahu wa ta’aala ke langit dunia) pada setiap malam.
- Mengakui ru’yatullah (melihat Allah pada hari Kiamat) secara jelas
- Wajib
mencintai dan mengagungkan Nabi Muhammad - sholollohu ’alaihi wasallam
- serta larangan untuk Ghuluw (berlebih-lebihan dalamnya)
- Mengakui Isra’ Mi’ Raj
- Mengimani munculnya Imam Mahdi menjelang Kiamat Besar
- Mengimani
Keluarnya Dajjal dari timur Khurasan dan fitnahnya (bencananya) yang
akan dibunuh oleh Nabi ‘Isa bin Maryam ‘alaihis salaam
- Mengimani
turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam di akhir jaman setelah munculnya
Dajjal meneruskan syari’at yang dibawa Nabi Muhammad - sholollohu
’alaihi wasallam - dan membawa ketenangan, keamanan, keselamatan selama
40 tahun.
- Mengimani keluarnya Ya’juj dan Ma’juj di akhir jaman pada mas ‘Isa bin Maryam ‘alaihis salaam.
- Mengimani terbitnya matahari dari barat sebelum hari Kiamat.
- Mengimani sesudah manusia masuk surga dan neraka tak ada lagi kematian
- Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah Ahlul Wasath (umat yang pertengahan di antara berbagai Firqah atau perpecahan umat)
- Ahlus
Sunnah wal Jama’ah berpandangan bahwa tak setiap ucapan dan perbuatan
yang disifatkan nash sebagai kekufuran merupakan kekafiran besar (karena
ada kekufuran besar dan ada kekufuran kecil) dan tidak boleh
menjatuhkan hukum kafir kepada muslim kecuali telah ada petunjuk jelas
dari Al Quran dan Hadits atas kekufurannya, namun tetap tidak menganggap
halal dosanya. Dan sebagian yang dapat membatalkan keislaman seseorang
adalah:
- menyekutukan Allah
- membuat perantaara antara dirinya dengan Allah (berdoa, memohon syafa’at bertawakkal kepada mereka)
- mereka
yang tidak mengkafirkan orang musyrik-kafir (misalnya Yahudi, Nasrani,
Majusi, orang musyrik, mulhid atau Atheis) termasuk malah membenarkan
mereka
- meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna
daripada Sunnah Rosululloh shalalallahu ‘alaihi wasallam, tidak senang
terhadap atau membenci hal-hal yang dibawa Rosululloh shalalallahu
‘alaihi wasallam
- menghina Islam
- melakukan sihir (termasuk ash-Sharfu atau guna-guna, al-‘Athfu atau pelet, dan sebagainya)
- memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka memerangi kaum Muslimiin
- meyakini bahwa manusia bebas keluar dari syari’at Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam
- berpaling dari agama Allah termasuk tak mempelajari dan mengamalkannya
- syirik
dalam berziarah kubur (seperti mempersembahkan suatu macam ibadah
kepada ahli kubur, meminta bantuan kepadanya, menyembelih kurban
untuknya, berthawaf di sekelilingnya, dan sebagainya)
- orang
munafiq (yang menampakkan keislaman namun menyembunyikan kekufuran dan
kejahatannya, lebih jelek daripada orang kafir) dan sebagainya.
Lalu lanjutan Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah:
- Beriman kepada al-Wa’du (janji Allah akan kebaikan) dan al-Wa’iid (janji ancaman tentang siksaan neraka).
- Berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’aala.
- Mengikuti Sunnah Rosululloh shalalallahu ‘alaihi wasallam secara lahir dan bathin
- Memuliakan para sahabat rodhiyollohu ‘anhum
- Membenarkan adanya karamah para Wali yang istiqomah dalam iman dan mengikuti syari’at
- Tidak mendirikan Masjid di atas kuburan
- Bertawassul
hanya dengan asma Allah dan sifat Allah, juga dengan amal shalih yang
dikerjakannya atau melalui do’a orang shalih yang masih hidup
- Hanya
melakukan tabarruk (mencari berkah) kepada yang telah ada dalilnya,
misalnya tabarruk saat Lailatul Qadar, di ketiga Masjid utama Islam
(Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsha), dengan air Zam-zam,
atau dengan amal yang ada berkahnya seperti amal-shalil yang dikerjakan
dengan ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam,
atau kepada yang berbentuk pribadi yang ada berkahnya (misalnya tubuh
Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam saat masih hidup).
- Mengakui
adanya sihir dan tukang sihir dan memeranginya, tidak percaya kepada
dukun (kahin), tukang ramal (‘arraf), dan ‘orang pintar’.
- Melarang melakukan Nusyrah (mengobati sihir dengan sihir)
- Tidak
mengakui adanya pengaruh ilmu Nujum (perbintangan) terhadap keadaaan
manusia dan Bumi, termasuk melakukan al-Istisqa’ bil Anwa’ (menisbatkan
jatuhnya hujan kepada bintang) kecuali seperti penanggalan, pengetahuan
kondisi cuaca, hujan, penyebaran wabah dan sebagainya.
- Tidak percaya akan Thiyarah atau Tathayyur (bernasib sial karena suatu hal)
- Tidak
memakai jimat (dalam bahasa Arab, “tamimah” dalam bentuk tunggal atau
“tamaaim” dalam bentuk jamak) baik yang tidak bersumber dari Alquran
maupun yang bersumber dari Alquran (pendapat yang lebih kuat, adalah tak
memperbolehkannya) termasuk yang berupa barang, terutama dapat menjebak
ketergantungan hati kepadanya, selain kepada Allah subhanahu wa
ta’aala, dan membuka pintu akan masuknya kepercayaan-kepercayaan yang
rusak yang dapat menghantarkan kepada syirik.
- Memperbolehkan
melakukan ruqyah syar’iyyah (doa perlindungan sebagai jampi
menyembuhkan orang sakit termasuk gangguan makhluk ghaib yang sesuai
syari’ah).
- Melakukan cinta (al-Wala’) dan benci (al-Bara’) karena Allah subhanahu wa ta’aala
- Membolehkan
bermu’amalah dengan orang kafir dalam perdagangan, sewa-menyewa,
jual-beli, wakaf terhadap muslim, pinjam-meminjam dengan cara
menggadaikan barang, mengharamkan mereka membangun tempat ibadah di
negeri muslim, dan bahwa orang dzimmi (non-muslim yang berada di negeri
muslim) tak boleh diganggu selama mereka melakukan kewajiban mereka dan
mematuhi perjanjina damai.
- Membenci ahli hawa nafsu dan ahli bid’ah (perbuatan yang dianggap ibadah namun tak ada dasar syari’ahnya)
- Menyuruh
kepada yang ma’ruf, apa yang disukai Allah dari iman dan amal shalih
dan mencegah yang munkar, apa yang tidak disukai Allah dan dilarangNya
(amar ma’ruf nahi munkar) menurut syari’at
- Melaksanakan
ibadah dan jihad fi sabilillah (berjuang di jalan Allah) bersama Ulil
Amri (pemerintah) dan melarang memberontak terhadapnya
- Berpedoman bahwa agama adalah nasihat yang baik dan dilakukan dengan cara yang baik
- Ta’at kepada pemimpin kaum muslimiin selama mereka tidak meyimpang dari syari’at
- Menjaga ukhuwwah (persaudaraan) sesama mu’miniin dan persatuan umat Islam yang dibangun di atas as-Sunnah (bukan bid’ah)
- Menyuruh kaum muslimiin untuk sabar dalam cobaan, bersukur ketika senang, ridha terhadap pahitnya Qadah dan Qadar
- Melakukan Tashfiyah (pemurnian) dan Tarbiyah (pembinaan muslim dari dalam)
- Berdakwah mengajak ke Islam dengan ilmu syar’i dan hikmah dan dimulai dengan Tauhid
- Dan lain-lain
- menyekutukan Allah
- membuat perantaara antara dirinya dengan Allah (berdoa, memohon syafa’at bertawakkal kepada mereka)
- mereka yang tidak mengkafirkan orang musyrik-kafir (misalnya Yahudi, Nasrani, Majusi, orang musyrik, mulhid atau Atheis) termasuk malah membenarkan mereka
- meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna daripada Sunnah Rosululloh shalalallahu ‘alaihi wasallam, tidak senang terhadap atau membenci hal-hal yang dibawa Rosululloh shalalallahu ‘alaihi wasallam
- menghina Islam
- melakukan sihir (termasuk ash-Sharfu atau guna-guna, al-‘Athfu atau pelet, dan sebagainya)
- memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka memerangi kaum Muslimiin
- meyakini bahwa manusia bebas keluar dari syari’at Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam
- berpaling dari agama Allah termasuk tak mempelajari dan mengamalkannya
- syirik dalam berziarah kubur (seperti mempersembahkan suatu macam ibadah kepada ahli kubur, meminta bantuan kepadanya, menyembelih kurban untuknya, berthawaf di sekelilingnya, dan sebagainya)
- orang munafiq (yang menampakkan keislaman namun menyembunyikan kekufuran dan kejahatannya, lebih jelek daripada orang kafir) dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar